Seorang terpidana mati Kenneth Biros adalah orang pertama di Amerika Serikat, mungkin juga dunia, yang dieksekusi oleh suntik mati versi baru. Suntik mati versi baru ini hanya menggunakan satu dosis obat dalam dosis tinggi. Suntikan ini disebut-sebut tidak menimbulkan sakit.

Pihak pengadilan memutuskan untuk menggunakan metode suntik terbaru karena sebelumnya para pengeksekusi tidak berhasil menemukan urat nadi Biros untuk disuntik. Meski sudah dicoba 18 kali, nadi tetap nihil ditemukan. Jarum suntik malah mengenai tulang dan otot.

Para ahli injeksi dan pengacara sepakat bahwa suntikan dengan dosis tunggal ini tidak menyebabkan sakit. Namun, ahli hukuman mati menilai metode baru ini membuat ajal lebih lama menjemput si terpidana mati.

Pada umumnya, suntikan yang dipakai untuk eksekusi mati berisi tiga obat, yakni anestesi, pelumpuh otot, dan penghenti jantung. Sementara itu, metode suntikan baru ini hanya mengandung anestesi saja dalam dosis besar.

Suntik mati pertama kali digunakan pada tahun 1977 di Oklahoma, AS. Cara ini ditempuh sebagai alternatif dari hukuman mati yang lebih manusiawi karena sebelumnya pengadilan selalu menggunakan kursi listrik.

Dengan bantuan para ahli anestesi, dunia medis menawarkan tiga kombinasi obat untuk menghasilkan kematian tanpa rasa sakit. Para terpidana menjemput ajalnya akibatnya gangguan pernapasan dan serangan jantung.

Untuk diketahui, 34 dari 36 hukuman mati yang dilakukan di AS saat ini masih menggunakan suntikan tiga obat untuk mendapatkan efek anestesi yang singkat yang disebut thiopental, pelumpuh otak yang disebut pencuroniumbromide, dan senyawa potasium klorida untuk menghentikan detak jantung.

Namun, seringkali tindakan suntik mati tidak berjalan efisien. Beberapa terpidana mati harus meregang nyawa selama beberapa menit sebelum ajal menjemput. Beberapa lagi terlihat sangat kesakitan.

Setelah melakukan analisis data dan uji coba di lab, para ahli menyatakan bahwa dosis obat yang selama ini dipakai dalam suntik mati mungkin kurang tepat.

Menurut Leonidas Koniaris dan timnya dari University of Miami Miller School of Medicine, kandungan anestesi yang dipakai tidak fatal dan terlalu lemah untuk bekerja menghentikan jantung. Ini berarti terpidana meninggal karena mati lemas dan kekurangan oksigen akibat kelumpuhan otot.

Sementara itu, metode suntik mati terbaru ini mengandung dosis tinggi agen anestesi thiopental sodium. Obat ini merupakan jenis yang sama yang telah dipakai untuk membius pasien operasi, tetapi dalam dosis yang lebih kecil.

Dr Richard Birks, Presiden The Association of Anaesthetists of Great Britain and Ireland mengatakan bahwa obat anestesi ini akan merusak sistem pernapasan dan menekan sistem jantung, tetapi tanpa disadari oleh si terpidana.

"Terpidana akan tertidur dalam beberapa detik seperti halnya pasien yang dioperasi. Bedanya, terpidana mati tak akan pernah terbangun lagi. Kematiannya akan berjalan tenang," ujarnya.

Meski begitu, butuh waktu beberapa lama untuk menyatakan bahwa seorang terpidana telah tewas karena dalam suntikan ini tidak digunakan potasium yang mampu menghentikan detak jantung.

Di Ohio, biasanya butuh waktu sekitar 7 menit sebelum seseorang benar-benar tewas setelah disuntik. Hal ini merupakan bagian dari proses 30 menit, mulai dari para saksi menyaksikan pengeksekusi menyuntik hingga petugas menyatakan kematian. Dengan metode suntik mati terbaru ini, mungkin terpidana baru meninggal 15 menit pasca-injeksi.

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

125x125= Rp. 35.000/month

www.smartbacklink.net/ www.smartbacklink.net/